Sabtu, 06 Juni 2009

Hormon PYY, Alternatif Untuk Mengurangi Berat Badan ??

Dunia dilanda oleh obesitas, bahkan gejala obesitas yang sudah mendunia ini diplesetkan menjadi globesitas. Diet makanan ala barat dan gaya hidup sedentary (santai) sering kali dituduh menjadi penyebab mendunianya obesitas ini. Maraknya gerai-gerai fast food di negara berkembang seringkali diplesetkan pula menjadi salah satu parameter modern suatu negara. Gerai-gerai fast food tersebut diantaranya menyajikan 2 menu utama yaitu Burger dan Coca Cola. Dan lagi-lagi dua ikon itu diplesetkan menjadi cara ekspansi pola makan ala barat ke negara-negara berkembang sebagai Burgerisasi dan Coca-Colanisasi.

Pola makan tidak seimbang yang meniru diet ala barat tersebut menyebabkan semakin meningkatnya penduduk yang mengalami obesitas. Semakin banyaknya penduduk yang mengalami obesitas ini menyebabkan banyak sekali dicari alternatif cara untuk mengatasinya. Berbagai macam riset telah dilakukan, ribuan produsen obat dan terapi obesitas ditawarkan untuk mengobatinya.

Ada sebuah riset yang cukup menarik, riset tersebut mencoba menggunakan hormon alami yang terdapat dalam tubuh untuk menekan hasrat untuk makan. Saat ini telah diketahui sebuah hormon yang diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif dalam belantara pengobatan obesitas. Hormon tersebut adalah PYY3-36 untuk singkatnya sebutlah itu sebagai PYY saja. PYY merupakan hormon yang diproduksi oleh saluran pencernaan dan ditengarai mampu menekan hasrat untuk makan ke otak). Dr Stephen Bloom seorang ahli hormon (Endokrinologis) dari rumah sakit Hammersmith di London mengatakan bahwa PYY merupakan sesuatu yang membuat seseorang berkurang rasa laparnya setelah makan.

Studi awal riset hormonal ini cukup menjanjikan. Studi tersebut berupa penyuntikan hormon PYY dan plasebo kepada sejumlah sukarelawan. Setelah diberi suntikan para sukarelawan tersebut dipersilakan untuk makan makanan ala india sesukanya sampai kenyang (all you can eat). Hasilnya cukup menarik, sukarelawan yang diinjeksi dengan PYY mengkonsumsi 1/3 kalori lebih sedikit dibandingkan dengan plasebo.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka tentunya timbul ide untuk menjadikan hormon ini sebagai pil untuk mengobati obesitas. Akan tetapi untuk mendapatkan hasil penelitian yang sama dengan penelitian diatas dalam kondisi laboratorium dan membuat obat yang aman dan efektif untuk di konsumsi adalah dua hal yang berbeda. Yang pertama tentunya akan sulit untuk mencari sukarelawan yang rela dijadikan objek penelitian dalam skala laboratorium dan yang kedua seandainya hormon PYY ini telah dibuat dalam bentuk pil maka pil tersebut akan dengan mudah dihancurkan oleh asam lambung. Selain itu tidak ada yang mengetahui efek samping akibat mengkonsumsi hormon ini dalam kurun waktu tertentu. Adanya asupan substansi bioaktif (hormon PYY) dari luar menyebabkan tubuh mengadakan penyeimbangan, dan bisa jadi akibat penyeimbangan ini keefektifan PYY akan hilang.

Walaupun demikian, setidaknya PYY memberikan tambahan pengetahuan mengenai bagaimana sebenarnya cara sistem pencernaan memberitahu otak tentang banyaknya makanan yang harus dimakan. Caranya adalah dengan memompa berbagai macam hormon termasuk diantaranya adalah PYY ke dalam aliran darah. Michael Cowley seorang Neurosaintis dari Oregon National Primate Center di Beaverton mengatakan bahwa sedikitnya ada setengah lusin sinyal yang baru diketahui. Sinyal biologis tersebut bekerja seperti lampu lalu lintas biologis yang dalam waktu singkat dapat mengatur kapan harus makan atau berhenti makan. PYY merupakan sinyal tipe menengah, sementara ini PYY ditengarai menekan keinginan untuk makan diantara dua waktu makan. Yang menjadikan hal ini rumit adalah bahwa keseluruhan sinyal yang ada saling berhubungan; jika level salah satu hormon ada yang rendah atau tinggi untuk jangka waktu tertentu yang cukup lama maka keseluruhan sistem akan mengalami perubahan sampai hormon tersebut kembali pada kekeadaan semula.

Keterangan tersebut merupakan landasan yang menjadikan penggunaan hormon PYY menjadi rumit karena pengobatan obesitas dengan PYY akan menghasilkan suatu paradoks. Paradoks ini dijelaskan oleh Dr Michael Swartz seorang endokrinologis dari Universitas Washington Seattle, bahwa jika PYY telah berhasil dijadikan pil dan pil ini digunakan secara luas oleh masyarakat. Kemudian orang-orang yang mengkonsumsinya dalam jangka waktu yang lama mulai mengalami penurunan berat badan, katakanlah 5 – 8 % dari bobot badan semula.

Namun pada saat yang sama hormon leptin dan hormon insulin mulai nmenurun dan mempengaruhi peningkatan produksi hormon ghrelin. Hormon ghrelin ini bertanggunng jawab untuk meningkatkan rasa lapar. Dan pada saat itulah tubuh melawan efek obat sehingga pada akhirnyaakan dibutuhkan tambahan 2-3 pil obat untuk mendapatkan efek yang diinginkan.

Dalam dunia yang serba mungkin, mungkin saja terwujud saat ketika kita memakan pil dan langsung seketika itu pula kita kehilangan berat badan sejumlah berat yang kita inginkan. Tapi dalam dunia nyata kita pada saat ini cara pengobatan yang terbaik adalah kombinasi antara diet yang sehat dan banyak berolah raga. Janji-janji dari obat-obatan baru yang ditawarkan tidak akan berpengaruh besar jika kita tidak memiliki kemampuan berjuang untuk ‘memaksa’ diri kita menerapkan pola hidup sehat.

Hormon Penyebab rasa Lapar
Beberapa hormon dibawah ini membuat kita merasa lapar, sedangkan hormon yang lain menyebabkan kita merasa kenyang. Keseluruhan dari hormon-hormon ini saling bekerja sama satu dengan lainnya.

Sinyal Jangka Pendek
Ghrelin : Hormon ini memberi tahu kita tentang waktu makan. Ghrelin dikeluarkan oleh lambung ketika lambung kosong dan memberikan sinyal ‘saya lapar’ ke otak
Kolesistokinin : hormon ini memberitahu kita bahwa waktu makan kita telah selesai. Kolesistokinin (CCK) diproduksi oleh usus halus setelah makanan meninggalkan lambung. CCK memacu pelepasan enzim dari kantung empedu dan pankreas

Sinyal Jangka Menengah
PYY3-36 : hormon ini diproduksi oleh saluran pencernaan. hormon ini membantu kita untuk menghindari ‘ngemil’ di antara 2 waktu makan. Hormon ini ditengarai mampu menekan hasrat untuk makan ke otak

Sinyal Jangka Panjang
Leptin : diproduksi oleh sel lemak. Hormon ini bekerja untuk menjaga level lemak tubuh berada dalam keadaan konstan.
Insulin : diproduksi oleh pankreas, hormon ini mengendalikan kadar glukosa dalam darah. Terdapat bukti nyata bahwa insulin beraksi seperti leptin dalam mengatur berat badan jangka panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar