Minggu, 16 Agustus 2009

JALUR PENDAKIAN


Nama Gunung dan Jalur (trek)

Papandayan Gede - Pangrango Ciremai Salak
Kerinci Rinjani Lawu Arjuno
Semeru Selamet Sindoro Sumbing
Merbabu Merapi Pananggungan Agung


Gunung Papandayan

Gunung Papandayan adalah gunung yang paling selatan dari deretan pegunungan yang memanjang di selatan kota Bandung. Gunung yang terletak di Kabupaten Garut ini sangat populer di kalangan warga Jawa Barat karena banyaknya wisatawan dan pendaki yang mengunjungi gunung ini.

Khusus bagi para pendaki yang ingin mendaki gunung ini ada beberapa jalur yang umum dan dapat ditempuh diantaranya adalah dari Pangalengan dan dari Cisurupan (Garut).

Pendakian menuju puncak gunung papandayan ditempuh dari Cisurupan (Garut). Perjalalan menuju puncak papandayan dari cisurupan akan lebih singkat jika dibandingkan pendakian dengan menggunakan jalur sedep (pangalengan) ataupun cileuleuy (pangalengan) karena kondisi jalan aspal sampai ke puncak kawah papandayan menyebabkan sarana angkutan dapat mempercepat pendakian. Hanya untuk dapat mencapai alun-alun dari pondok salada pendaki terlebih dahulu meminta izin atau membawa guide yang pernah melalui jalur ke alun-alun via pondok salada.

Waktu yang diperlukan oleh pendaki kurang lebih 2 sampai 3 jam perjalanan hingga menuju mata air panas yang lokasi berada di sebelah timur kawah papandayan.

Sedangkan pendakian dari kota susu Pangalengan ini adalah pendaki langsung menuju ke daerah sedep dengan menggunakan angkutan lokal. Dari sedep pendaki dapat meneruskan perjalanan menuju ke desa terakhir (Cibatarua) dengan berjalan kaki atau menggunakan angkutan lokal lainnya misalnya dengan menggunakan ojek. Perjalanan dalam suasana perkebunan akan membuat pendaki akan cepat merasa bosan dengan keadaan sekitar, karena pandangan dilihat akan menjadi monoton dan tidak banyak yang dapat dilihat. Pendakian dapat dimulai dari cibutarua ini dengan waktu tempuh ke puncak sekitar 3 sampai 5 jam dalam keadaan normal. Bagi pecinta alam mungkin berada di puncak papandayan ini akan terasa menarik karena puncak papandayan memiliki keistimewaan yang berbeda dengan puncak-puncak lainnya. Dari perbedaan tersebut diantaranya adalah di puncak gunung ini kita akan menemukan dataran yang cukup luas dan berbeda dengan biasanya puncak-puncak gunung yang terdapat di jawa barat, bahkan mungkin inilah satu-satunya puncak gunung yang paling luas.

Alun-alun yang berada di puncak menjadi ciri khas dari gunung papandayan ini, sayang keamanan dan pengamanan yang berwenang di kawasan gunung papandayan ini kurang solid dalam menjaga kawasan wana wisata ini sehingga bunga edelweisz yang merupakan bunga kebangaan para pendaki yang terletak di puncak gunung papandayan sangat rentan terhadap tangan-tangan jahil yang mengekploitasi bunga kebangaan para pecinta alam ini.

Setelah merasa cukup berada dipuncak pendaki dapat turun dengan melalui jalur lain yaitu dengan jalur menuju cisurupan dan akhirnya menuju ke Garut atau menggunakan jalur awal pendakian menuju Pangalengan.

Kembali ke atas


Gunung Gede-Pangrango

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kalinya diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Keadaan alamnya yang khas dan unik, menjadikan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sebagai salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti sejak lama.

Tercatat pada tahun 1819, C.G.C. Reinwardt sebagai orang yang pertama yang mendaki Gunung Gede, kemudian disusul oleh F.W. Junghuhn (1839-1861), J.E. Teysmann (1839), A.R. Wallace (1861), S.H. Koorders (1890), M. Treub (1891), W.M. van Leeuen (1911); dan C.G.G.J. van Steenis (1920-1952) telah membuat koleksi tumbuhan sebagai dasar penyusunan buku “THE MOUNTAIN FLORA OF JAVA” yang diterbitkan tahun 1972.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari ekosistem sub-montana, montana, sub-alpin, danau, rawa, dan savana.

Ekosistem sub-montana dicirikan oleh banyaknya pohon-pohon yang besar dan tinggi seperti jamuju (Dacrycarpus imbricatus), dan puspa (Schima walliichii). Sedangkan ekosistem sub-alphin dicirikan oleh adanya dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangerangensis, bunga eidelweis (Anaphalis javanica), violet (Viola pilosa), dan cantigi (Vaccinium varingiaefolium).

Satwa primata yang terancam punah dan terdapat di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango yaitu owa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata comata), dan lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus); dan satwa langka lainnya seperti macan tutul (Panthera pardus melas), landak Jawa (Hystrix brachyura brachyura), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), dan musang tenggorokan kuning (Martes flavigula).

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango terkenal kaya akan berbagai jenis burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa. Beberapa jenis diantaranya burung langka yaitu elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan burung hantu (Otus angelinae).

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977, dan sebagai Sister Park dengan Taman Negara di Malaysia pada tahun 1995.

Sejarah dan legenda yang merupakan kepercayaan masyarakat setempat yaitu tentang keberadaan Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede. Masyarakat percaya bahwa roh Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi akan tetap menjaga Gunung Gede agar tidak meletus. Pada saat tertentu, banyak orang yang masuk ke goa-goa sekitar Gunung Gede untuk semedhi/ bertapa maupun melakukan upacara religius.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi :
Telaga Biru. Danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru.
Air terjun Cibeureum. Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat.
Air Panas. Terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas.
Kandang Batu dan Kandang Badak. Untuk kegiatan berkemah dan pengamatan tumbuhan/satwa. Berada pada ketinggian 2.220 m. dpl dengan jarak 7,8 km atau 3,5 jam perjalanan dari Cibodas.
Puncak dan Kawah Gunung Gede. Panorama berupa pemandangan matahari terbenam/terbit, hamparan kota Cianjur-Sukabumi-Bogor terlihat dengan jelas, atraksi geologi yang menarik dan pengamatan tumbuhan khas sekitar kawah. Di puncak ini terdapat tiga kawah yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah Lanang, Ratu dan Wadon. Berada pada ketinggian 2.958 m. dpl dengan jarak 9,7 km atau 5 jam perjalanan dari Cibodas.
Alun-alun Suryakencana. Dataran seluas 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss. Berada pada ketinggian 2.750 m. dpl dengan jarak 11,8 km atau 6 jam perjalanan dari Cibodas.
Gunung Putri dan Selabintana. Berkemah dengan kapasitas 100-150 orang.

Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d September.

Kembali ke atas


Gunung Ciremai

Gunung Ciremei adalah gunung tertinggi di Jawa Barat ( 3.078 Mdpl ), dapat terlihat dengan jelas oleh para penumpang kereta api atau kendaraan umum lainnya sepanjang jalur pantura sekitar Cirebon. Untuk menuju puncak Ciremei dapat ditempuh dari Desa Linggajati 14 km dari kota Kuningan atau 24 km dari kota Cirebon. Dari Jakarta dapat ditempuh menggunakan bus jurusan Kuningan atau kereta api jurusan Cirebon yang disambung dengan bus atau kendaraan umum jurusan Cirebon - Kuningan.

Dari pertigaan Linggarjati berjalan kaki sekita 2,5 km menuju musium Linggarjati tempat bersejarah dimana Bung Karno pernah menandatangani perjanjian Linggarjati dengan Belanda. Terdapat pula Taman Linggarjati Indah, Taman seluas 11 hektar ini dilengkapi berbagai sarana rekreasi antara lain kolam renang dan sumber mata air Cibulakan, Silinggonom, Balong Renteng, Rekreasi Air dan kolam pancing, tempat istirahat, Cottage, Villa, Hutan Wisata, Bumi Perkemahan dan lain-lain.

Pos penjagaan berjarak lebih kurang 500 m dari Musium Linggajati, kita perlu mendaftarkan diri serta membayar asuransi per orang Rp.3.000,- . Siapkan bekal Anda terutama air karena susah sekali memperoleh air selama di perjalanan. Isilah persediaan air bersih Anda disekitar Pos Penjagaan, karena Anda dapat memperolehnya gratis, selebihnya Anda harus membeli Air bersih dari warung-warung hingga Pos peristirahatan pertama.

Para pendaki dapat menggunakan jasa penduduk atau petugas penjaga pos untuk membimbing perjalanan mereka ke puncak. Jalur menuju puncak sangat jelas dan banyak tanda-tanda penunjuk jalan, sehingga pendaki yang baru pertama kalipun tidak akan tersesat.

Ada beberapa Pos yang berupa tanah lapang yang cukup untuk mendirikan beberapa tenda, nama-nama untuk pos pun unik seperti kuburan kuda, tanjakan bapak tere, dll. Banyak tempat-tempat yang dikeramatkan dan sering dikunjungi penduduk untuk berjiarah. Konon ada tempat yang sering dipakai oleh para wali untuk berkumpul.

Sepanjang perjalanan menuju puncak jalan terus menanjak hampir tidak ada jalan yang agak datar. Jalan yang dilalui kebanyakan berupa tanah hingga sangat licin apabila hujan. Dibeberapa tanjakan kita harus extra hati-hati karena harus merangkak berpegangan akar-akar. Sebaiknya menggunakan sepatu gunung, apabila menggunakan sandal pilihlah yang kuat dan tidak licin.

Puncak gunung Ceremai memiliki kawah yang sangat curam tapi indah, pendaki yang nekat sering turun ke kawah untuk membuat tulisan di atas lumpur kawah. Pejiarah sering datang untuk berdoa di puncak gunung ini.

Banyak sekali pendaki yang hanya berkemah di pertengahan pos dan tidak sanggup meneruskan perjalanan ke puncak, karena medan yang berat dan susahnya air dan kembali turun, untuk itu persiapkan bekal yang berlebih dan bawalah tenda. Karena kemungkinan besar perjalanan akan tertunda, sehingga harus bermalam.

Kembali ke atas


Gunung Lawu

Gunung Lawu terletak diantara Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan ketinggian kurang lebih 3.191 Mdpl. Kenapa terletak di dua Propinsi karena Jalur cemoro kandang itu di Jawa Tengah dan Jalur Cemoro Sewu di jawa timur jarak antara keduanya tidak lebih dari 5 Km. Kedua Jalur tersebutlah yang sering di gunakan para pendaki. Jalur Cemoro Kandang jalur yang paling sering di lewati karena jalur tersebut tidak terlalu sulit. Sementara itu saya bersama Team Metapala Jakarta pada tahun 2000 mendaki gunung lawu melalui jalur Cemoro Sewu.

Gunung Lawu oleh masyarakat sekitarnya adalah gunung yang dikramatkan, karena banyak tempat-tempat, seperti mata air sendang panguripan, sumur jalatundo, Sendang Derajat Kawasan Hargo Dalem, Goa Selarong dan sebagainya.

Pendakian diawali dengan sarapan diwarung makan depan pos jagawana, dengan tiket masuk dan asuransi pada waktu Rp 2.500 per orang nya. Pendakian sampai puncak kurang lebih memakan waktu antara 6 – 8 jam. Jarak antara Pos Jagawana dengan Pos I kurang lebih memakan waktu 1 Jam. Dalam perjalanan ke Pos I kita akan disuguhi pemandangan dengan pohon-pohon besar. Sebelum sampai Pos I para pendaki akan menemui mata air Sendang Panguripan. Pos I berupa bangunan terbuat dari kayu beratapkan seng.

Perjalan dari Pos I menuju Pos II merupakan perjalanan yang sangat panjang, karena dalam perjalan tersebut kita akan melewati beberapa Pos Bayangan. Jalurnya mendaki dengan bebatuan di kanan kirinya. Waktu tempuh yang diperlukan para pendaki kurang lebih 4 jam. Pemandangan sudah mulai tidak membosankan karena sudah mulai tampak keindahan dengan awan-awan yang membentang. Pos II berupa bangunan terbuat dari kayu namun mulai tak terurus.

Melanjutkan perjalanan dari Pos II menuju Pos III Perjalan lebih pendek dari Pos I menuju Pos II namun medan yang kita hadapi mulai sulit. Jalur berupa bebatuan dengan kemiringan kurang lebih 45 derajat. Pemandangannya pun semakin indah, pepohonannya pun sudah mulai pepohonan dataran tinggi, dan mulai dijumpai bunga abadi.

Dari Pos III pendaki terus melanjutkan ke Pos IV, medan yang dilalui hampir sama dengan medan menuju Pos III. Di Pos IV ada terdapat memoriam di tandai dengan banyak batu-besar ditanam ke tanah, sebagai tanda tempat pendaki yang wafat. Waktu yang ditempuh relatif singkat dari yang sebelumnya.

Pendakian ke Pos V medan lebih landai tapi mesti lebih waspada karena pada kanan jalan kita dihadapkan pada jurang yang dalam. Dalam perjalan ke Pos V pendaki akan melewati Sumur Jalatundo yang ada disisi kiri jalan pendaki. Sebelum menuju Pos V pendaki dapat beristirahat atau bermalam di Sumber air Sendang Derajat, karena perjalan ke Pos V sudah dekat dan dari Pos V menuju puncak pun sangat dekat. Disendang derajat kita dapat ngecamp, karena disana terdapat warung penduduk yang sudah lama tinggal disana.

Gunung Lawu terdapat dua puncak, dari sendang derajat menuju puncak ada persimpangan, jalur menuju puncak Hargo Dalem dan Hargo Dumilah puncak tertinggi gunung lawu. Pemandangan pada sore hari sangatlah indah kita dapat melihat matahari terbenam dan pada pagi hari kita dapat melihat matahari terbit serta pemandangan kota solo yang sangat indah.

Kembali ke atas


Gunung Arjuno

Arjuno bukan gunung api dan gunung Welirang merupakan gunung api.Letaknya di kabupaten Malang,tepatnya di antara kecamatan Singosari-Batu-Lawang.Tepatnya di koordinat 54 LS - 550 BT.

Untuk mendaki gunung ini ada banyak jalur,yaitu :

Jalur Tretes

Jalur ini merupakan jalur wisata,dimana terdapat air terjun Kakek BodoDisini banyak terdapat hotel dan losmen.Merupakan jalur terdekat untuk mencapai Puncak Arjuno dan Welirang dan sering dilewati oleh pendaki .

Jalur Batu

Jalur ini merupakan jalur tidak resmi dan jarang di lalui oleh pendaki. Daerah Batu merupakan penghasil apel terbesar di Malang.

Jalur Lawang

Jalur ini merupakan jalur terpanjang dan tersulit untuk mendaki ke puncak Arjuno.Diperlukan 2 hari perjalanan dengan melewati kebun teh.

Jalur Tretes sisi Utara

Pendakian dimulai dari Pos PHPA yang terletak di samping hotel surya tretes.Dari sini pendaki dapat menempuh 2 puncak sekaligus hingga base camp pondok welirang.

Kondisi jalannya jelas dan landai dengan sudut tanjakan ± 12° - 35° dengan kondisi alamnya terbuka, sebelum tiba di pondok Welirang pendaki akan melewati pos Kokopan (ada sumber air).Perjalanan dari pos PHPA ke puncak memerlukan waktu ± 5 - 6 jam perjalanan dengan jarak tempuh ± 6.75 Km.

Di pos Welirang pendaki dapat beristirahat (ngecamp) karena ada pondok yang terbuat dari jerami yang digunakan oleh para penambang belerang di kawah gunung welirang.Perjalanan dari pondok Welirang pendaki dapat memilih tujuan puncak pendakian.Bila pendaki ingin mendaki puncak Arjuno dapat ditempuh selama 2.5 atau 3 jam,dengan jarak tempuh 3.2 Km.Sedangkan ke puncak Welirang dapat ditempuh dengan 2 jam perjalanan dengan jarak tempuh 1.65 Km.

Curah hujan di kawasan Gunung Arjuno dan Welirang adalah curah hujan sedang yang terjadi sepanjang tahun.Rata-rata 380 - 850 mm set6iap tahunnya dengan minimum 3° C yang terjadi di sekitar puncak Arjuno dan Welirang

Kembali ke atas


Gunung Semeru

Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3,676 M dpl (Puncak Mahameru). Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir Nopember 1973.

Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pengunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar. terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera antara lain G. Bromo (2.392m) G. Batok (2.470m) G. Kursi (2.581m) G. Watangan (2.662m) G. Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau : Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, Ranu Darungun.

Untuk mendaki G. Semeru dapat di tempuh lewat kota Malang atau Lumajang. Dari terminal kota Malang kita naik angkutan umum menuju desa Tumpangan. Disambung lagi dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di belakang pasar terminal Tumpangan dengan biaya per orang Rp 13.000,- hingga Pos Ranu Pani

Sebelumnya kita mampir di Gubugklakah untuk memperoleh surat ijin, dengan perincian, biaya surat ijin Rp. 6.000,- untuk maksimal 10 orang, karcis masuk taman Rp. 2.000,- per orang, asuransi per orang Rp. 2.000,-.

Malang ke Gunung Semeru

Rute Jarak (KM) Kendaraan Jalan Kaki
Malang – Tumpangan 18 km 45 menit
Tumpangan – Gubungklakah 12 km 45 menit
Gubungklakah – Ranu Pani 17 km 90 menit 4 jam
Ranu Pani – Watu Rejeng 7 km 1,5 jam
Watu Rejeng – Ranu Kumbolo 6 km 1,5 jam
Ranu Kumubolo – Oro-oro Ombo 1 jam
Oro-oro Ombo – Cemoro Kandang 1 jam
Cemoro Kandang – Kalimati 1 jam
Kalimati – Arcopodo 1 km 1 jam
Arcopodo – Puncak Semeru (Mahameru) 1,32 km 3 jam

Lumajang ke Gunung Semeru

Rute Jarak (KM) Kendaraan Jalan Kaki
Lumajang – Senduro 25 km 45 menit
Senduro – Burno 14 km 45 menit
Burno – Ranu Pani 19 km 90 menit 4 jam
Ranu Pani – Watu Rejeng 7 km 1,5 jam
Watu Rejeng – Ranu Kumbolo 6 km 1,5 jam
Ranu Kumubolo – Oro-oro Ombo 1 jam
Oro-oro Ombo – Cemoro Kandang 1 jam
Cemoro Kandang – Kalimati 1 jam
Kalimati – Arcopodo 1 km 1 jam
Arcopodo – Puncak Semeru (Mahameru) 1,32 km 3 jam

Kembali ke atas


Gunung Selamet

Gunung Slamet adalah gunung tertinggi (3432 M) di Jawa Tengah, disamping terkenal karena ketinggiannya, gunung yang terletak di sebelah utara kota Purwokerto dan sebelah barat kota Purbalingga ini juga mempunyai beberapa sumber air panas yang salah satunya adalah tempat rekreasi Baturaden (purwokerto). Untuk mencapai puncak slamet, ada beberapa rute pendakian yang dapat ditempuh diantaranya : Bambangan (punggung timur) Baturaden (punggung selatan) Kaliwadas (punggung barat)

Dari beberapa rute pendakian yang ada, blambangan adalah rute yang paling banyak ditempuh oleh para pendaki, disamping karena jalur pendakian yang cukup aman, panorama yang ada sangat lengkap, dari pemandangan alam yang membentang ke timur sampai daerah Banjarnegara, juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet. Hanya waktu yang diperlukan untuk dapat mencapai puncak tidak secepat jalur baturaden.

Perjalanan dimulai dari kota Purwokerto. Dari sini penulis menuju daerah yang dinamakan Serayu (sebelah utara bobotsari), dengan menggunakan bis yang menuju ke kota Pemalang, dengan perjalanan sekitar 45 menit kami tiba di serayu dan melanjutkan perjalanan menuju meratin. Hanya ada satu angkutan yang tersedia yaitu angkutan pedesaan dengan kendaraan bak terbuka untuk dapat menuju meratin sebelum akhirnya sampai ke Bambangan. Untuk sebagai catatan di gunung ini juga hampir tidak ditemui mata air mengalir selama dalam perjalanan, jadi disarankan untuk membawa air minum yang cukup untuk pendakian. Blambangan merupakan desa terakhir dan merupakan pintu gerbang pendakian menuju puncak slamet dan di sinilah para pendaki memeriksa kembali perlengkapannya. Setelah menyelesaikan administrasinya di sini, pendakian menuju ke puncak Gunung Slamet dimulai. Meskipun gunung ini paling tinggi tapi ketinggian itu tidak terlalu terasa pada saat perjalanan, karena areal pendakian yang merupakan hutan yang masih perawan seakan lupa bahwa sedang mendaki gunung tertinggi di Jawa Tengah. Ditambah dengan bunyi binatang yang khas dan pemunculan kera yang jumlahnya tidak sedikit membuat perjalanan semakin menarik. Untuk mencapai puncak slamet dibutuhkan waktu antara 8 – 15 jam pada keadaan normal. Hutan-hutan yang asri akan hilang ketika sampai di tempat yang dinamakan Sanghyang Rangkah, dan berganti dengan semak-semak dan sesekali ditemui pohon khas pendaki atau pohon eidelweis dan buah khas pendaki (arbei).

Semak - semak yang asri juga akan tiba-tiba menghilang tanpa bekas ketika sampai di Pelawangan (lawang = pintu) atau pintu menuju ke puncak slamet. Perjalanan akan semakin menarik sekaligus juga berbahaya ketika kita melalui pelawangan ini. Disamping hanya pasir dan batu dan sudut pendakian yang semakin membesar bahkan sekilas seperti mendaki tebing, di daerah ini sangat rawan kecelakaan karena di kanan kiri hanya ada jurang dan tidak ada satupun pohon untuk pegangan. Maka disarankan untuk para pemula agar ekstra hati-hati dalam mendaki daerah ini, bahkan untuk keadaan tertentu sebaiknya sambil merayap, karena pijakan kita bisa tiba-tiba longsor, karena medan yang dilalui adalah jalan berpasir dan sangat rentan untuk longsor, di daerah ini juga kadang-kadang terjadi badai gunung dan bahayanya menjadi berlipat jika badai gunung datang, oleh karena itu disarankan pula mendaki daerah ini pada saat pagi hari.

Dengan dilaluinya daerah pelawangan ini maka pendaki akan menemukan dataran yang tidak begitu besar dan disana tidak ada lagi daerah yang lebih tinggi atau dengan kata lain pendaki telah sampai ke puncak slamet. Sebuah perasaan bangga sekaligus haru ketika penulis berada di puncak tertinggi di Jawa Tengah selama sekitar 15 menit. Sebuah pemandangan yang sulit dibayangkan terbentang disekeliling pandangan mata penulis. Mulai dari bibir kawah yang masih sangat aktif sampai puncak Gunung Suumbing yang letaknya sekitar 100 km arah timur Gunung Slamet terlihat dengan jelas dan betapa indahnya ciptaan Tuhan. Dan satu hikmah yang penulis dapatkan bahwa ternyata manusia sangat kecil dihadapan Yang Maha Kuasa.

Kembali ke atas


Gunung Sindoro

Tidak jauh berbeda dengan gunung Sumbing baik dari letak geografis ataupun vegetasinya. Gunung Sundoro inipun telah mengalami eksploitasi yang mengkhawatirkan, karena bayangan orang tentang gunung yang hijau dan hutan rimba yang alami telah berubah. Hanya ladang tembakau dan semak-semak saja yang terdapat di sepanjang perjalanan, hanya sebagian kecil perjalanan menuju puncak saja yang masih terlindungi oleh pohon-pohon besar. Selain itu hanya semak dan ladang pertanian. Padahal kalau dilihat sekilas bentuk gunung ini sangat ideal untuk sebuah gunung yang menjadi tujuan pendakian karena bentuknya yang sangat mengerucut.

Perjalanan para pendaki dimulai dari kota Wonosobo atau Parakan selanjutnya menuju ke beberapa titik pendakian yang terdapat di beberapa tempat diantaranya adalah :

1. Jalur Kledung (Punggung Selatan)

2. Jalur Sigedang (Perkebunan Tambi) (Punggung Utara)

3. Bedakah (Punggung Barat)

Dari ketiga jalur pendakian tersebut jalur dari Desa Kledung merupakan jalur yang umum dilalui oleh para pendaki karena jalur kledung ini telah memiliki sarana pendakian yang paling lengkap diantaranya adalah pos pengawasan dan informasi dan juga jalur perjalanannya sudah sangat jelas baik itu rambu ataupun jejak sepatu para pendaki.

Pendakian melalui jalur Kledung ini sangat aman baik dari segi jalur ataupun medannya, hanya saja eksploitasi hutan gunung yang telah melampaui batas menyebabkan perjalanan dengan menggunakan jalur Kledung ini sangat menguras tenaga dan keringat karena panasnya ladang pertanian dan tidak adanya pohon untuk berteduh. Oleh karena itu banyak para pendaki telah mulai merubah jadwal pendakian dengan menggunakan jalur ini. Maksudnya pendaki lebih memilih mendaki pada malam hari daripada siang hari tujuannya adalah untuk menghemat air dan perbekalan meskipun dengan resiko dinginnya cuaca gunung Sundoro pada malam hari yang terkenal cukup ganas selain Gunung Lawu di Tawang Mangu – Solo.

Perjalanan menuju puncak Sundoro ini memang akan lebih menarik jika dilakukan pada malam hari karena selain pemandangan kota Wonosobo dan Parakan pendaki tidak akan merasakan lelahnya perjalanan hanya dinginnya saja yang menusuk tulang. Dinginnya cuaca gunung ini sangat terasa bahkan bagi penulis pun tidak mudah untuk melawan hawa dingin yang menusuk tulang, dan hanya peralatan yang penting seperti kaus tangan, kaki dan tutup kepala yang sangat membantu menghilangkan hawa dingin Sundoro. Penulis mencatat sewaktu ekspedisi ke Sundoro ini dalam suhu 6 derajat celcius, dan pada suhu ini dapat membuat ingatan pendaki sedikit terganggu, sehingga para pendaki disarankan berisitirahat atau membuat minuman hangat untuk menjaga suhu tubuh ketika berhadapan dengan suhu yang dimaksud.

Perjalanan awal dari Pos I menuju pos II hanya merupakan ladang pertanian dan setelah Pos II barulah pendaki mulai melewati semak-semak kecil meskipun masih ada ladang pertanian yang sesekali ditemui. Setelah mencapai Pos II barulah perjalanan sebenarnya dimulai karena dari Pos II menuju Pos III akan memakan waktu yang lama dan dengan sudut pendakian yang tinggi menyebabkan daya tahan pendaki akan banyak berkurang dan tidak sedikit pendaki yang terpaksa (nge-camp) atau berisitrahat dan mendirikan tenda di daerah ini untuk menjaga kondisi. Setelah Pos III dilalui pendaki akan mulai merasakan bekas-bekas hutan raya Sundoro yang dahulu sangat rimbun dan alami. Tapi pada perjalanan malam di daerah Pos III menuju puncak merupakan titik yang rawan karena selain tidak ditemukan mata air angin yang bertiup sangat kencang dan dinginnya cuaca bisa mencapai 3 derajat. Oleh karena itu perlengkapan cuaca yang digunakan pada pendakian malam harus sangat diperhatikan untuk mencegah turunnya suhu tubuh (hipotermia).

Perjalanan DI hutan sundoro akan berakhir dan berganti dengan perjalanan di Taman Edelweiss yang merupakan jalur terindah dalam perjalanan menuju Puncak Sundoro. Setelah melewati jalur taman ini maka pendaki akan mencapai Puncak Sundoro tepat di depan Segoro Banjaran. Dan di bawah kawah akan ditemui mata air endapan dari hujan dan banyak dari pendaki menggunakannya untuk minum. Di puncak sundoro juga ada dua tempat yang satu bernama segoro banjaran dan yang satunya bernama segoro wedi entah dari asalnya tapi yang jelas memang di puncak sundoro merupakan puncak yang unik karena terdapat hamparan pasir (wedi) yang cukup luas bahkan sangat baik untuk acara-acara permainan seperti bermain bola dan sebagainya.

Dari puncak Kledung ini pendaki dapat berjalan mengitari puncak dan menuju lapangan upacara (alun-alun) yang terdapat di puncak utara gunung ini. Alun-alun inilah yang menjadi kahir pendakian dari jalur Sigedang (perkebunan tambi). Bila pendaki ingin turun dengan menggunakan jalur sigedang ini maka pendaki dapat memulainya tepat di mulut punggung utara atau sekitar lapangan upacara.

Pemandangan puncak Sundoro menurut penulis merupakan pemandangan puncak terbaik dari gunung-gunung lain yang terdapat di Pulau Jawa karena selain lokasinya yang sangat strategis untuk memandang ke sekeliling juga karena seluruh puncak yang terdapat di Jawa Tengah :

o Slamet (3428 M)

o Sumbing (3371 M)

o Lawu (3265 M)

o Merbabu (3142 M)

o dan Merapi (2981 M)

dapat terlihat jelas dari puncak Sundoro ini pada pagi hari sebelum jam 11 karena setelah jam tersebut biasanya kabut akan menutupi pandangan pendaki sehingga harus menunggu kabut hilang.

Waktu perjalanan dari Kledung adalah sekitar 7 sampai 10 jam perjalanan tergantung cuaca can fisik pendaki sedangkan dengan menggunakan jalur Sigedang akan lebih cepat yaitu sekitar 6 sampai 8 jam perjalanan, hanya saja medan pendakian sangat berat karena disamping jalan bebatuan jalur sigedang ini sangat curam dan berbahaya bila waktu hujan atau kabut. Dan bila pendaki menggunakan jalur Bedakah maka akan lebih menantang karena jalurnya masih sangat baru dan yang menggunakan jalur ini disarankan adalah para pendaki yang memiliki kemampuan navigasi yang baik karena jalurnya yang relatif baru dan sangat rawan tersesat dan juga rambu petunjuk di jalur ini tidak ada sama sekali dan hanya jalur-jalur bekas penebangan kayu saja.

Kembali ke atas


Gunung Sumbing

Di daerah Wonosobo yang terkenal akan sayurannya kita dapat melihat dengan jelas betapa megahnya dua gunung yang seakan membelah kota ini menjadi dua bagian. Di sebelah selatan kota ini tepatnya Gunung Sumbing berada. Gunung yang berketinggian 3371 M ini selain menjadi bagian penting kota Wonosobo juga menjadi bagian penting dari tujuan para pendaki karena tingginya lebih dari 3000 M dan merupakan puncak kedua tertinggi di Jawa Tengah.

Perjalanan pendakian gunung ini dapat ditempuh dengan tiga jalur yaitu :

1. Jalur Dusun Garung (punggung utara)

2. Jalur Cepit Parakan (punggung timur)

3. Jalur Kalikajar (punggung barat)

Dari ketiga jalur pendakian, jalur melalui Dusun Garung adalah jalur yang paling banyak diminati oleh para pendaki karena jalur ini telah banyak petunjuk dan keamanan medannya lebih terjamin dan juga waktu tempuh perjalanan dengan menggunakan jalur ini merupakan yang tercepat dibanding dengan dua jalur lainnya.

Dari Dusun Garung pendaki dapat memulai pendakian dengan alternatif dua jalur pendakian yaitu jalur lama dan jalur baru. Tidak ada perbedaan yang khusus mengenai kedua jalur ini hanya arah dan sudut pendakiannya saja yang sedikit berbeda. Jika menggunakan jalur lama maka akan terasa sangat berat karena di sekitar (seduplak roto ) atau kilometer kelima pendakian pendaki akan menemukan medan pendakian yang berkemiringan sekitar 70 derajat, sehingga pada saat turun hujan akan sangat berbahaya untuk didaki. Berbeda dengan jalur baru yang terletak di sebelah barat jalur lama, medan pendakian tidak seberat jalur lama hanya ketika menggunakan jalur ini pendaki akan banyak melewati daerah perbukitan kecil sehingga akan terasa lebih lama.

Relief dari gunung ini mempunyai banyak lembah-lembah di kanan dan kiri itu menyebabkan pendaki harus ekstra hati-hati sewaktu melakukan pendakian karena tidak menutup kemungkinan terjadi kecelakaan dalam proses pendakian, terutama bila pendakian dilakukan pada malam hari atau bila cuaca di sekitar gunung sedang terjadi kabut tebal.

Berikut ini adalah pos-pos pendakian gunung sumbing.

Jalur Lama

1. Base camp (Posko pengawasan) (Km I) – 1455 M

2. Ladang pertanian (tembakau) (Km II)

3. Malim (Km III)

4. Genus (Km IV) 2240 M

5. Seduplak Roto (Km V)

6. Pestan 2437 M

7. Pasar Watu (Watu Kotak) 2763 M

8. Tanah Putih (KM VI)

9. Puncak Buntu 3371 M

10. Puncak Kawah (KM VII)

Jalur Baru

1. Base Camp (Km I)

2. Ladang pertanian (Km II)

3. Kedung (Bosweisen) (Km III)

4. Gatakan (Km IV) 2240 M (Pos 2)

5. Krendegan

Setelah krendegan ini maka jalur kembali menjadi satu (bergabung dengan jalur lama) di daerah pestan 2437 M.

Vegetasi di Gunung Sumbing ini penulis kira sudah banyak berubah dari fungsinya karena dari wawancara yang penulis lakukan dengan pihak pengelola hampir 80 persen fisik gunung telah menjadi ladang pertanian dan hutan pinus yang dahulu menjadi mayoritas vegetasi di gunung ini telah punah karena kebakaran yang terjadi sekitar tahun 90-an.

Mata air yang ada di gunung ini hanya terdapat di ketinggian 2200 M, yaitu di sekitar daerah Genus (jalur lama) atau di Kedung (jalur baru) dan bentuknya telah permanen karena mata air ini juga dipakai untuk keperluan ladang pertanian.

Jalur menuju ke puncak setelah ladang pertanian adalah jalur bebatuan. Jalur bebatuan ini dikenal rawan longsor jadi pendaki disarankan berhati-hati melewati jalur ini. Setelah melewati jalur bebatuan ini maka pendaki akan dapat mencapai puncak buntu (3371 M). dari puncak ini pendaki harus mengelilingi jalan setapak untuk dapat turun menuju Kawah Besar Gunung Sumbing.

Dari puncak buntu pada pagi hari pendaki dapat melihat megahnya Gunung Sundoro yang terdapat tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) 110 Km sebelah barat Gunung Sumbing.

Waktu perjalanan yang dibutuhkan pendaki untuk dapat mencapai puncak adalah antara 8 sampai 15 jam perjalanan tergantung cuaca dan fisik pendaki. Itupun dengan menggunakan jalur Garung yang termasuk paling cepat diantara jalur lainnya. Apabila pendaki akan mencoba jalur cepit parakan atau jalur kalikajar maka perjalanan menuju puncak bisa memakan waktu satu asmapi dua hari perjalanan karena jalurnya landai dan rambu menuju puncak tidak sebanyak jalur garung.

Kembali ke atas


Gunung Merbabu

Kalau Anda ingin mendaki gunung yang cukup tinggi, cobalah mendaki Gunung Merbabu. Meski tergolong gunung tua dan tidak mempunyai kawah aktif, namun gunung ini lumayan menantang. Tingginya mencapai 3145 meter. Apalagi, gunung ini terdiri dari dataran tinggi yang lebar dan terpisah puncak-puncaknya akibat erosi.

Lebih menantang lagi jika Anda melakukan pendakian marathon Merapi-Merbabu. Untuk memulai petualangan itu Anda bisa berangkat dari desa Selo, Kabupaten Boyolali. Namun, mendaki Gunung Merbabu dari desa Selo cukup terjal dan melelahkan. Lagi pula Anda harus mendaki sebuah gunung lagi yang tingginva hampir sama dengan puncak Gunung Merbabu. Tetapi, jika penasaran sebaiknya Anda mencobanya. Total perjalanan dari desa Selo ke puncak Merbabu 6 - 7 jam, dan turunnya 5 jam.

Jika Anda keberatan dengan perjalanan yang melelehkan itu, Anda bisa mendaki Gunung Merbabu saja. Ada beberapa pilihan untuk mencapai puncak gunung tersebut. Dari desa Selo pun, Anda bisa menuju ke gunung ini. Bila ingin mengambil jalur lain (jalur utara), Anda dapat lewat Kopeng.

Banyak angkutan yang menuju ke daerah ini, baik dari Magelang maupun Salatiga. Jika sesampainya di Kopeng Anda mersa capek, beristirahatlah di tempat ini. Banyak hotel dan losmen yang dapat Anda jadikan tempat menginap. Pemandangan alamnya juga menarik dan indah.

Selanjutnya dari desa ini, Anda meneruskan perjalanan ke desa Tekala. Di desa inilah sebaiknya Anda mempersiapkan segala peralatan dan perlengkapan yang masih kurang. Jangan lupa pula persediaan air yang cukup. Pasalnya, selama dalam pendakian tidak ada air bersih yang bisa Anda temui. Kalau masih gamang, Anda bisa memanfaatkan jasa pemandu gunung yang terdapat di desa tersebut.

Awal perjalanan, Anda akan melewati kebun sayur dan kebun akasia. Pendakian selanjutnya Anda akan sampai ke punggung gunung dimana Anda akan menjumpai sebuah pondok yang telah rusak. Pondok tersebut berada pada ketinggian 2400 meter dari permukaan air laut.

Dari pondok ini menuju ke puncak Anda masih melewati punggung gunung lagi dimana Anda dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah. Apalagi, pandangan Anda tidak terhalang oleh pepohonan. Di puncak yang pertama terdapat sebuah pondok untuk mengukur cuaca yang berada pada ketinggian 2.800 meter dari permukaan air laut.

Dari sini Anda akan menuju puncak tertinggi yang sudah terlihat jelas di depan Anda . Waktu yang dibutuhkan kira-kira 1,5 jam perjalanan. Di tengah perjalanan Anda dapat melihat bekas kawah dan punggung gunung terjal yang curam. Seluruh perjalanan dari Kopeng menuju puncak memakan waktu sekitar 8 jam dan untuk turunnva hanya membutuhkan waktu 5 jam.

Kembali ke atas


Gunung Merapi

Gunung Merapi (2914 meter) hingga saat ini masih dianggap sebagai gunung berapi aktif dan paling berbahaya di Indonesia, namun menawarkan panorama dan atraksi alam yang indah dan menakjubkan. Secara geografis terletak di perbatasan Kabupaten Sleman (DIY), Kabupaten Magelang (Jateng), Kabupaten Boyolali (Jateng) dan Kabupaten Klaten (Jateng). Berjarak 30 Km ke arah utara Kota Yogyakarta, 27 Km ke arah Timur dari Kota Magelang, 20 Km ke arah barat dari Kota Boyolali dan 25 Km ke arah utara dari Kota Klaten.

Bilamana gunung ini menunjukan kedahsyatan erupsinya, masyarakat Yogyakarta dapat menyaksikan gumpalan asapnya yang berwarna putih kelabu atau kehitaman–hitaman mengepul keatas yang dari kejauhan nampak seperti timbunan bulu domba. Akan tetapi bilaman gunung itu dalam keadaan "tenang", pesonanya demikian memukau, sehingga merangsang para remaja yang ingin berpetualang mendaki gunung dan para pecinta olahraga mendaki gunung untuk menaklukan puncaknya.

Mendaki Gunung Merapi merupakan obyek wisata petualangan yang sangat menantang bagi para petualang yang ingin merasakan keindahannya. Untuk berpetualang disana anda dapat melalui beberapa jalur pendakian dari tingkat kesulitan yang tinggi hingga melalui jalur yang mudah, jalur pendakian tersebut antara lain melalui jalur pendakian bebeng (sebelah selatan) dan melalui Selo (sebelah utara).

Bagi yang kurang berminat melakukan pendakian sampai ke puncak masih dapat memuaskan hasrat hatinya untuk mengagumi kedahsyatan yang indah dari gunung Merapi ini, dari daerah Bebeng yang terletak lebih kurang 2 kilometer disebelah tenggara daerah Kaliurang, atau bisa juga melihat dari daerah Turi, lebih kurang 5 km disebelah barat daerah Kaliurang, jika ingin menyaksikan puncak Merapi dari kejauhan secara jelas, dapat digunakan teropong pengamat dari Pos Pengamatan Gunung Merapi di Plawangan.

Untuk mendaki gunung ini kita dapat melalui jalur pendakian yang paling mudah yaitu melalui jalur pendakian selo. Selo adalah sebuah kota kecil yang masuk ke dalam kabupaten Boyolali. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat baik dari arah Magelang maupun dari kota Boyolali. Kota ini memiliki kekhasan tersendiri arena udaranya yang sejuk dan dari sini kita dapat melihat dua buah gunung yang mengapit kota ini yaitu gunung Merbabu dan gunung Merapi. Kedua gunung tersebut dapat kita daki melalui kota ini dengan catatan unuk mendaki gunung Merbabu lebih sulit dari Selo karena jaurnya yang terjal, dan berbeda sekali dengan gunung Merapi yang dapat kita tempuh hanya memakan waktu 5–6 jam menuju puncak.

Sebelum mendaki alangkah baiknya anda melaporkan rencanan perjalanan anda ke basecamp pendakian yang letaknya tepat di pinggir jalan. Selain itu di basecamp ini anda dapat menyiapkan segala perlengkapan yang akan dibawa, bila butuh pemandu anda juga dapat menemui banyak sekali pemanda yang siap mengantarkan anda.

3 jam perjalanan kita akan merasakan hutan yang sudah mulai gundul di kawasan ini, dengan jalan tanah bercampur akar–akar pohon, namum keindahan sekelilingnya sudah bisa kita nikmati yaitu sajian kota Boyolali dan kota Magelang dari kejauhan. Setalah itu kita tidak akan menemui pohon yang tinggi dan angin mulai berhembus kencang, anda dapat melihat pemandangan yang sangat menakjubkan yaitu berupa hamparan batu hingga mencapai puncak Garuda. Hamparan batu dikenal dengan pasar Bubrah atau pasarnya lelembut. Untuk mencapai puncak kita dapat menempuh kurang lebih 1 jam melewati batu sediment bekas letusan gunung tersebut. Puncak Gunung merapi pada ketinggian 2914 Mdpl dengan pesona kawah yang masih aktif dan disana pula anda dapat melihat dan naik ke atas puncak garuda, tanah tertinggi di yogjakarta. Selamat berpetualang.

Kembali ke atas


Gunung Pananggungan

Gunung Penanggungan merupakan salah satu gunung yang terletak di perbatasan Mojokerto dan Pasuruan. Panorama gunung yang indah, dengan lereng – lereng yang nampak hijau serta terselimuti kabut merupakanpemandangan alam yang terlihat bila kita melintasi jalan menuju Surabaya dari arah Malang atau sebaliknyadan itulah yang bernama Gunung Penanggungan berada dalam daerah perlindungan KPH Pasuruan.

Ketinggian Gunung Pananggungan 1.653 m dpl, dengan puncak yang terdiri atas batuan padas dan jarang tumbuh-tumbuhan. Bila kita berada di puncak pada malam hari, lampu-lampu malam yang berada di bawah menambah keindahan pemandangan Gunung Penanggungan.

Pada malam hari, udara di puncak berkisar sekitar 10 – 15 derajat sedangkan pada siang hari berkisar 15 – 25 derajat. Mengingat suhu seperti ini, maka untuk lebih amannya dari gangguan udara dingin, tiupan kabut yang kencang dan hujan, para pendaki disarankan berlindungdi dalam Gua Botol yang mampu menampung sekitar 15 orang. Gua ini baru saja diketemukan. Letaknya sekitar 500 meter dari puncak Gunung Penanggungan menurun ke arah Barat. Pintu gua ini ada 2 buah. Satu lubang dari atas dapat menembus sinar matahari. Ruangan gua berbentuk L. Pintu menghadap ke Utara dan Selatan. Rongga gua berdiameter lebih kurang 2 m.

Dari kaki sampai lereng bawah Gunung Penanggungan berupa hutan lindung dengan jenis tanaman rimba seperti jempurit, kluwak, ingas, kemiri, dawung, bendo, wilingo dan jabon. Di bawah tegaknya pohon-pohon raksasa ini, tumbuh tanaman seperti kunir, laos, jahe, dan bunga-bunga kecil. Lebatnya pepohonan menyebabkan udara di sini terasa lembab, sinar matahari tidak sepenuhnya menembus tanah. Sampai di lereng atas ditumbuhi caliandra, yang bercampur dengan jenis Resap, Pundung dan Sono.Caliandra merah tampak mendominasi, tumbuh lebat hampir menutup permukaan tanah, walaupun pertumbuhannya kerdil di tengah hamparan rumput / lumut. Demikian juga keadaan di puncak; hanya akar rumput / lumut yang mampu tumbuh menerobos kerasnya batuan padas Gunung Penanggungan.

Keadaan medan Gunung Penanggungan tidak berbeda dengan gunung-gunung lain : datar, landai, miring, berbukit dan berjurang. Di kaki gunung, keadaan medannya landai sampai sejauh 2 km. Naik ke atas kemiringannya berkisar 30 – 40 derajat. Di bagian perut gunung agak curam, berkisar 40 – 50 derajat sepanjang 1 km. Sampai di dada gunung, banyak jurang-jurang dengan kemiringan berkisar 50 – 60 derajat; tanahnya berbatu sepanjang2 km dari dada, leher sampai puncak gunung. Medannya amat curam, berbatu, licin dan kemiringannya berkisar 60 -80 derajat sepanjang 1,5km. sampai di puncak, batu-batu padas nampak di sana-sini. Di puncak terdapat lembah, barangkali semacam kawah yang sudah tidak aktif lagi. Luasnya sekitar 4 Ha. Tempat ini biasanya dimanfaatkan untuk base camp. Tempat yang nyaman untuk menikmati keindahan pada malam hari.

Untuk mencapai puncak Gunung Penanggungan terdapat 4 (empat) arah pendakian yaitu via Trawas, Jolotundo, Ngoro dan Pandaan. Bagi pendaki yang memilih start dari Desa Jolotundo dan Ngoro, di sepanjang jalan akan melewati candi-candi peninggalan purbakala. Yang memilih start dari Desa Trawas dan Pandaan hampir tidak menjumpai peninggalan purbakala.

Kembali ke atas


Gunung Agung

Gunung Agung adalah gunung tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian 3.142 mdpl. Gunung ini terletak di kecamatan Rendang Kab.Karangasem - Bali.

Gunung Agung adalah gunung berapi tipe strato, memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang - kadang melepaskan asap dan uap air. Dari Pura Besakih gunung ini nampak runcing sempurna, padahal puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar.

Pendakian menuju puncak gunung ini dapat dimulai dari tiga jalur pendakian yaitu :

-Dari selatan adalah dari Selat lewat Sangkan Kuasa.

-Dari tenggara ialah dari Budakeling lewat Nangka

-Dari Barat daya yang merupakan jalur pendakian yang umum digunakan oleh para pendaki yaitu dari Pura Besakih.

JALUR PURA BESAKIH

Jalur ini sering dipakai pendaki, selain melewati kompleks pura Besakih yang terkenal , kita akan melihat pemandangan yang sangat mengesankan disepanjang perjalanan. Disepanjang jalur ini tidak terdapat mata air sehingga pendaki harus membawa bekal air. Menjelang batas hutan terakhir sebenarnya terdapat mata air yang disucikan oleh masyarakat, namun tidak boleh sembarang orang untuk ke sana.

Tidak terdapat pos khusus untuk para pendaki, namun pendaki wajib melaporkan diri di kantor polisi di pintu gerbang Pura Besakih. Untuk kelengkapan surat-surat sebaiknya siapkan surat jalan dari sekolah/kampus atau RT/RW. Tidak dikenakan biaya administrasi tetapi sebaiknya kita memberi secara suka rela. Kita dapat bermalam di pos polisi ini. Tidak banyak informasi yang dapat diperoleh dari petugas (polisi) tentang gunung, kecuali catatan kecelakaan yang terjadi di Gunung. Bila hendak menyewa guide biayanya berkisar Rp.400.000,- Dari para guide lokal inilah informasi tentang gunung baru bisa diperoleh.

Agar selamat sebaiknya pendaki singgah di Pura untuk berdoa, pantangan bagi pendaki agar tidak membawa daging sapi dalam bentuk apapun. Pada saat ada upacara besar biasanya pendaki dilarang naik karena menurut kepercayaan dan pengalaman masyarakat setempat biasanya sering terjadi kecelakaan pada saat ada upacara besar.

Pendakian menuju puncak gunung agung ini akan melewati tempat-tempat ibadah orang Bali, sehingga bagi para pendaki yang ketika akan mendaki mendapati upacara keagamaan disarankan agar menunda pendakiannya untuk menghormati ritual keagamaan tersebut. Disamping itu jalur yang dilalui sempit apa bila berjumpa dengan iring-iringan masyarakat yang hendak mengadakan upacara di gunung, keberadaan para pendaki sangat mengganggu perjalanan mereka yang membawa berbagai sesaji.

Perjalanan diawali dari Pura Puseh lewat pura Plawangan ke Pura Telaga Mas kemudian perjalanan dilanjutkan ke Tirta Dasar sampai di batas hutan terakhir atau dinamakan hutan Pengubengan. Melewati kompleks Pura jalanan tertata rapi, kemudian kita memasuki kawasan hutan yang agak landai sekitar 1/2 jam, selebihnya jalur terus menanjak.

Jalur yang dilewati sempit dengan sisi kiri kanan jurang, jalur ini terdiri dari tanah bercampur pasir dan kerikil sehingga sangat licin, bila hujan jalur akan semakin berbahaya. Terdapat banyak tanjakan terjal melalui akar-akar pohon dengan berpegangan menggunakan akar. Dalam kawasan hutan ini jalur sempit sehingga bila berjumpa dengan pendaki lain harus bergiliran, hampir tidak ada tempat yang cukup luas untuk membuka tenda. Itulah sebabnya para pendaki sangat mengganggu masyarakat yang sedang mengadakan upacara di gunung. Menjelang batas akhir hutan jalur berupa pasir yang sangat licin dan mudah merosot.

Perkemahan dapat dilakukan pada ketinggian 2500 meter. Di sini menjadi batas akhir hutan dan jalur agak lega dan terdapat tempat yang sedikit terbuka. Banyak terdapat monyet, mereka mengikuti pendaki namun tidak berani mendekat, berbeda dengan monyet di gunung Rinjani yang sangat berani dan mengganggu pendaki. Dari titik ini pendaki dapat melakukan pendakian selama 3 jam sampai ke puncak kawah gunung Agung sebelah Tenggara.

Jalur berikutnya berupa tebing curam dengan batu-batu besar, pendaki harus merangkak dan memanjat tebing ini, pendaki harus mencari sendiri sisi tebing yang mana yang nyaman dipanjat. Selain sangat curam juga sangat berbahaya karena dibawahnya batu-batu besar siap menyambut kita bila sampai tergelincir kebawah, bisa-bisa pendaki akan jatuh ke jurang yang lebih dalam lagi.

Setelah berhasil melewati kawasan tebing, kita akan disambut oleh lereng terjal dan tandus. Disini pendaki harus merangkak mendaki ke atas karena keterjalannya yang sangat curam. Pendaki akan tertipu seolah-olah disinilah puncak gunung agung, setelah memanjat tebing ini sampai di puncak, tampak menjulang tinggi bukit pasir dan batuan yang jauh lebih tinggi (puncak sebenarnya) berada di sebelah Barat Daya, yakni sebuah bukit berbatu yang tandus dari batu gunung berapi yang runcing. Untuk menuju kawah Gunung Agung kita melewati beberapa puncak gunung yang berpasir dan jalur sangat sempit dan memanjang. Jalur ini sangat curam dan berbahaya, lebih-lebih jika ada angin kencang dan badai akan semakin membahayakan pendaki.

Kawah Gunung Agung lebar melingkar dan sangat curam disisi luar, dan tegak lurus kecuramannya di sisi dalam kawah. Setiap tahun diadakan upacara dengan sesaji kerbau yang diceburkan ke dalam kawah melewati jalur selat (sisi selatan), karena tidak mungkin untuk melalui jalur Pura Besakih. Pendaki bisa berjalan di sepanjang sisi kawah untuk menuju jalur pendakian yang lain.

Dari puncak gunung Agung kita dapat melihat puncak Gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok. Pagi hari udara masih bersih sehingga kita dapat memandang gunung-gunung lainnya di pulau Bali, menjelang siang badan dan puncak Gunung Agung diselimuti awan sepanjang hari.

Kembali ke atas


Gunung Kerinci

Gunung kerinci yang terletak di kec. kayu kab. kerinci - Jambi merupakan gunung tertinggi di Sumatra dengan kawah type strato (masih aktif dan memiliki kawah seluas 400 x 120 meter dan berisi air berwarna hijau) masuk dalam Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) seluas 1.484.650 hektare yang terletak di empat provinsi, sebagian besar taman nasional terletak di wilayah Jambi, gunung berapi ini terhimpit diantara dua pegunungan di barat dan di timurnya, kerucut yang paling muda gundul dan kawah gunung ini terletak di timur laut sisa dinding kawah berapi (3655 - 3649 mdpl), TNKS sendiri merupakan bukit barisan yang memanjang dari utara ke selatan pulau Sumatra.

Gunung Kerinci termasuk gunung berapi yang masih aktif, dengan ketinggian 3.805 mdpl. Gunung ini menjadi gunung tertinggi di Indonesia di luar pegunungan Irian Jaya. Di sebelah Timur terdapat danau Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatera. Di belakangnya terdapat Gunung Tujuh dengan kawah yang sangat indah yang hampir tak tersentuh. Di tengah taman terdapat celah lembah kota sungaipenuh, perkebunan kopi, dan danau Kerinci.

Gunung ini dapat ditempuh melalui darat dari Jambi menuju Sungaipenuh melalui Bangko. Dapat juga ditempuh dari Padang, Lubuk Linggau, dan Bengkulu. Dengan pesawat terbang dapat mendarat di Padang atau Jambi.

Keindahan panorama yang natural dengan kekayaan flora dan fauna dapat di temui mulai dari dataran rendah hingga puncak gunung Kerinci, tidak hanya untuk dinikmati tetapi sangat baik untuk melakukan penelitian dan pendidikan. Pendakian ke puncak gunung Kerinci memakan waktu dua hari mulai dari Pos Kersik Tuo.

Tidak jauh dari Gunung Kerinci terdapat danau pada kawah Gunung Tujuh. Terdapat juga pemandian air panas di Semurup. Terdapat jalur setapak yang jelas dan beberapa shelter menuju tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi. Terdapat menara observasi di puncak gunung Kerinci.

Tumbuhan dataran rendah di dominasi oleh beberapa jenis mahoni, terdapat juga tumbuhan raksasa bunga Rafflesia Arnoldi dan Suweg raksasa Amorphophallus Titanum. Dengan taman nasional Leuser, taman ini terhalang oleh danau toba dan ngarai Sihanok. Sehingga beberapa binatang yang tidak terdapat di taman Leuser ada di sini seperti tapir (Tapirus indicus) dan kus-kus (Tarsius bancanus).

Banyak terdapat binatang khas sumatera seperti gajah, badak sumatera, harimau, beruang madu, macan tutul, kecuali orang utan. Berbagai primata seperti siamang, gibbon, monyet ekor panjang dan Presbytis Melapophos. Terdapat juga 140 jenis burung.

Kembali ke atas


GUNUNG RINJANI

Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726mdpl, mendomonasi sebagian besar luas pulau Lombok. Terletak disebelah timur pulau Bali, dapat ditempuh dengan bus langsung Jakarta-Mataram dengan menyeberang menggunakan ferry dua kali (selat bali dan selat lombok). Dapat juga ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang dari Bali.

Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi ke dua di Indonesia di luar pegunungan Irian Jaya. Gunung Rinjani masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, dengan luas taman sekitar 40.000 hektar. Dikelilingi oleh hutan dan semak belukar seluas 76.000 hektar.

Gunung Rinjani memiliki kawah dengan lebar sekitar 10 km, terdapat danau kawah yang disebut danau Segara Anak dengan kedalaman sekitar 230m. Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang sangat indah, mengalir melewati jurang yang curam. Danau Segara Anak ini banyak terdapat ikan mas dan mujair, sehingga sering digunakan untuk memancing. Dengan warna airnya yang membiru, danau ini bagaikan anak lautan, karena itulah disebut "Segara Anak".

Danau segara anak menyimpan berbagai misteri dan dan kekuatan gain, itulah sebabnya manusia merasa betah tinggal lama di tempat ini. Disinilah komunitas mahkluk gaib yang disebut Jin bermukim dalam jumlah yang sangat banyak. Keyakinan masyarakat apabila Danau Segara Anak terlihat luas menandakan bahwa umur orang orang yang melihat itu masih panjang. Sebaliknya jika tampak sempit maka menandakan umur si penglihat pendek, untuk itu harus melakukan bersih diri artinya harus berjiwa tenang, bangkitkan semangat hidup, pandang kembali danau sepuas-puasnya.

Setiap tahun diadakan upacara adat di danau ini baik oleh masyarakat yang beragama Hindu Bali atau pun Islam masyarakat Sasak. Masyarakat Hindu Bali dua kali setahun mengadakan upacara agama di danau ini. Masyarakat Sasak bisa beberapa kali mengadakan perjalanan dalam satu tahun. Terdapat air terjun kokok putih dan juga air panas yang sering dikunjungi orang untuk tujuan pengobatan.

Jalur yang biasa digunakanan para pendaki ialah jalur Sembalun Lawang yang panjang dan jalur Senaru yang lebih pendek namun lebih terjal.

Desa Senaru terletak di wilayah Lombok Barat, berjarak sekitar 80 km dari kota Mataram, berada di sebelah utara lereng Rinjani. Terdapat juga air terjun yang sangat menarik, yakni air terjun Sinanggile. Di desa inilah terdapat kantor Rinjani Trek Center yang berada pada ketinggian 601 mdpl.

Curah hujan yang terjadi berkisar antara 2.000 - 4.000 mm/tahun. Pada bulan desember - januari biasanya ombak di selat lombok sangat besar sehingga sangat menyiksa bagi yang mabuk laut. Perjalanan ferry dari Bali ke Lombok bisa lebih lama bila sedang musim ombak besar lebih dari 2 jam.

Disebelah selatan dan barat Gunung Rinjani di tumbuhi hutan hujan semi selalu hijau primer. Pada ketinggian 1.000 - 2.000 meter banyak ditumbuhi Dysoxylum sp, pterospermum, dan Ficus superba. Pada ketinggian 2.000 - 3.000 meter banyak ditumbuhi cemara gunung Casuarina junghuhniana. Pada ketinggian diatas 3.000 meter yang miskin akan tumbuhan, hanya ditumbuhi rumput dan edelweiss (Anaphalis javanica). Di sebelah timur gunung yang bertiup angin musim kering, banyak ditumbuhi pohon acasia.

Puncak Gunung Rinjani diyakini oleh masyarakat Lombok sebagai tempat bersemayam ratu jin, penguasa gunung Rinjani yang bernama Dewi Anjani. Dari puncak ke arah tenggara terdapat sebuah kaldera lautan debu yang dinamakan Segara Muncar. Pada saat-saat tertentu dengan kasat mata dapat terlihat istana Ratu Jin.

Pengikutnya adalah golongan jin yang baik-bauk. Menurut kisah masyarakat Lombok Dewi Anjani adalah seorang putri raja yang tidak diijinkan oleh ayahnya menikah dengan kekasih pilihannya, maka ia pun menghilang di sebuah mata air yang bernama Mandala, dan akhirnya dia menjadi penguasa dunia gaib.

Diantara 109 jenis burung yang tercatat di gunung Rinjani, terdapat beberapa diantaranya adalah jenis burung yang ada di Australia. Terdapat monyet perak yang berasal dari bali, rusa, dan landak. Di Pelawangan Sembalun terdapat monyet ekor panjang yang suka menggangu kemah para pendaki, mereka sangat pandai membuka tenda untuk mengambil makanan, jangan pernah meninggalkan tenda tanpa penjaga, selain itu monyet-monyet sangat garang dan berani.

Jalur Senaru


Jalur Sembalun Lawang

Senaru - Pos 2

3 jam


Sembalun Lawang - Pos I

4 jam

Pos 2 - Pos 3 ( tempat kamping )

3 jam


Pos I - Pos II

2 jam

Pos 3 - Plawangan 1

2 jam


Pos II - Jembatan Bolong


Plawangan 1 - Perkemahan

2 jam


Jembatan Bolong - Persimpangan


Perkemahan - Plawangan 2

3 jam


Persimpangan - Bukit penyesalan


Plawanagn 2 - Puncak

3 jam


Bukit penyesalan - Pos III





Pos III - Plawangan 2

4 jam




Plawangan 2 - Puncak Rinjani

4 jam




Plawangan 2 - Danau Segara Anak

3 jam

Untuk yang pertama kali melakukan pendakian ke Gunung Rinjani sebaiknya melalui Jalur Sembalun Lawang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar